Minggu, 31 Juli 2011

Mujizat sedekah

 Pada tahun 2003 berdasarkan posisi di kantor, saya termasuk 50 orang pertama yang direkrut menjadi anggota tim merger 5 bank yang direkapitalisasi. Selanjutnya karena posisi yang ditawarkan bank hasil merger tidak memuaskan saya memilih mengundurkan diri, dan dengan uang penghargaan bekerja sekian tahun di bank asal ditambah bantuan modal seorang kawan baik, saya mendirikan usaha. Awalnya usaha berlangsung baik dan dapat mencetak laba, jaringan pemasaran mencapai ke luar kota, namun karena harga minyak yang menjadi bahan dasar produk yang saya pasarkan naik hampir dua kali lipat, harga jadi mahal, penjualan menurun, dan untuk mempertahankan pelanggan serta berharap harga minyak turun, saya memotong margin laba. Malangnya harga minyak tidak turun juga, sedangkan biaya operasional dan harga kebutuhan meningkat, akhirnya di tahun 2005 usaha bangkrut, malah saya terlilit hutang. Saya lalu bekerja sebagai marketing lepas di perusahaan keuangan, namun hasil yang didapat tidak pasti serta tidak dapat menutupi kebutuhan keluarga. Tidak punya uang sepeserpun, jual barang, dan putar otak cari hutangan jadi kebiasaan, sampai-sampai anak kedua lahir dibiayai orangtua. Untuk makan dan ongkos kerap minta kakak atau adik. Ekonomi rumahtangga morat-marit, sampai akhirnya saya relakan istri meninggalkan dua anak kami yang masih kecil untuk bekerja sebagai karyawan kontrak di sebuah bank asing, namun tetap saja kami kekurangan karena harus mencicil hutang terdahulu. Kondisi saya dan istri yang lelah bekerja ditambah kurang ibadah menyebabkan kami sensitif, mudah dipanas-panasi setan terkutuk yang memang tak dapat dilihat. Hal kecil jadi penyebab pertengkaran besar hingga ujungnya istri saya minta cerai, tapi Alhamdulillah perceraian tak terjadi karena kami tersadar bahwa kami memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masa depan anak-anak kami, itu kami rasakan setelah kami ikuti terapi ruqyah syar’iyyah untuk mengusir setan dari diri dan rumah kami. Selanjutnya kami tawadhu, kami kembalikan semua masalah kepada Allah SWT sambil meningkatkan ibadah dengan memperbanyak shalat serta dzikir kami. Memang, suasana di rumah sudah adem kembali, namun demikian ekonomi rumah tangga belum berubah, tetap kekurangan. Kami jadi bingung, apa gerangan penyebabnya? Oktober 2006 saya bersama adik i’tikaf di Masjid Bank Indonesia Jakarta, tausiyah pertama dibawakan Ust. Yusuf Mansur yang baru kali itu saya dengar Teori Matematika Sedekahnya yaitu 10 – 1 = 19. Artinya; dari 10 (100%) harta atau uang yang kita miliki lalu kita sedekahkan 1 (10%) maka Allah akan mengganti sedekah kita itu sebanyak 10 kali lipat menjadi 10 (100%) lagi sesuai Q.S. Al An’am (6) : 160 yaitu “Barangsiapa melakukan amal perbuatan baik maka baginya (pahala/ganjaran) sepuluh kali lipat amalannya itu…” Amal perbuatan baik disini adalah ibadah selain shalat, dzikir, dan puasa, yang manfaat atas ibadah tersebut dapat dirasakan oleh orang lain, diantaranya sedekah. Maka dengan keyakinan itu ditambah bahwa jika kita membela agama Allah maka Allah akan membela kita, saya hibahkan motor butut dan komputer yang tersisa di rumah kepada yang membutuhkannya. Hingga minggu ketiga Nopember 2006 saya masih belum melakukan penjualan, namun di minggu ke-empat saya mencetak laba Rp.17juta hanya dari satu transaksi. Segala puji hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Dari situ saya mendapatkan ilmu yang tak ternilai yaitu jika bulan depan saya menargetkan terima gaji dan komisi Rp.10juta bersih maka di bulan ini saya harus sedekah minimal Rp.1juta. Jika target Rp.20juta, maka harus sedekah minimal Rp.2juta, begitu selanjutnya. Hal itu saya lakukan terus dan Alhamdulillah hasilnya selalu tercapai, malah lebih. Karena dalam bersedekah insya Allah saya tak mengharap pujian ataupun balasan orang, niat saya hanya satu yaitu berdagang dengan penguasa seluruh galaksi. Adapun berusaha, bekerja, dan bersilaturahmi hanyalah jalan untuk mewujudkannya. Seringkali saya menemukan keanehan ketika menjalankan amalan ini, misalnya pagi menunaikan ibadah sedekah sekaligus zakat mal, maka siangnya atau paling lambat keesokan hari Allah sudah mengganti dengan laba penjualan yang besarnya sama dengan yang saya keluarkan. Betul-betul Allah Maha Sombong, Dia selalu membayar kontan dan tidak mau berhutang kepada saya sebagai makhluk-Nya. Selain itu saat ini saya bekerja sebagai tele-marketing produk pasar modal yang puluhan klien saya tersebar dari Sabang sampai Merauke, dan 95% dari mereka sama sekali belum pernah bertatap muka dengan saya, namun anehnya mereka percaya serta mau berhubungan dengan saya untuk bertransaksi miliaran rupiah. Betul-betul tidak masuk logika. Subhanallah, hanya Engkau-lah yang dapat menggerakan dan membolak-balik hati manusia. Kepada saudaraku yang saat ini dilanda masalah keuangan (usaha bangkrut, dililit hutang-piutang, dsb.), hukum (pidana, perdata, dsb.), rumahtangga (perceraian, jodoh, anak, dsb.), penyakit yang tak kunjung sembuh, atau masalah duniawi lainnya, maka perbanyaklah sedekah. Jika tidak punya uang untuk sedekah : 1.Berhutanglah dulu karena yakinlah bahwa Allah akan menggantikannya, 2.Jual atau hibahkan barang berharga yang kita miliki kepada lembaga amil / panti / orang yang membutuhkannya. Dan agar rezeki yang kita terima nanti menjadi berkah, maka; mulailah bertaubat, jauhi syirik, maksiat, dan amalan-amalan yang tidak ada sunnah Rasulullah, perbanyak silaturahmi, shalat, dzikir, tadarus, dan biasakan berdoa meminta agar kita sekeluarga menjadi hamba Allah yang senang bersedekah, serta senantiasa dimudahkan dan beruntung dalam segala urusan dunia wal akhirat. Tips bagi saudaraku yang bekerja dengan gaji tetap, lakukan pula seperti di atas karena yakinlah bahwa rezeki Allah datangnya dari mana saja, tidak hanya dari kantor kita. Tips lainnya; 1.Sedekah harus dilakukan di depan dan jangan di belakang karena kalau di belakang siapapun bisa melakukannya, namun kalau di depan itu sama artinya mengundang kekuasaan Allah ikut andil sesuai ayat yang sering dikutip ustadz kesayangan saya yaitu Ust. H. Yusuf Mansur; Q.S. Ali Imran (2) : 27 “Dia-lah Allah yang memasukkan siang ke dalam malam dan memasukkan malam ke dalam siang. Dan yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dan (Allah) yang mengeluarkan rezeki kepada yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan.” 2.Biasakan sedekah tanpa nama atau menggunakan “Hamba Allah” sebagai tanda bahwa kita sedang berniaga dengan Allah Sang Pemilik Seluruh Galaksi. Kondisi negara kita saat ini yang banyak dilanda musibah niscaya bagi hamba-hamba Allah yang senang bersedekah tidak hanya dilihat sebagai suatu bencana ataupun ujian semata, melainkan akan dilihat sebagai tanda bahwa Allah sedang membuka ladang-ladang bagi hamba-Nya yang beriman untuk menyemai benih kebaikan. Dzikir, istigotsah, maupun doa masal sering dilakukan, namun bencana tetap tak berkesudahan. Ini jelas akan menghambat berbagai pertumbuhan negara kita. Olehkarena itu saya himbau kepada Bapak Presiden dan para Menteri, pimpinan partai, DPR, DPD maupun pejabat lembaga Pemerintah lainnya, Pak Din Syamsudin, Pak Hasyim Muzadi dan pimpinan ormas lainnya, para Kepala Daerah beserta jajaran dibawahnya, tak lupa kepada Ustadz kecintaan saya Ustadz Yusuf Mansur, mari kita canangkan GERAKAN SEDEKAH NASIONAL. Mudah-mudahan ini akan menjadi jalan keluar penderitaan bangsa kita. Amiin Yaa Allah.

Sumber : wisatahati.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar