Minggu, 31 Juli 2011

Firman Allah

Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) bila dia ingat Aku. Jika dia mengingatKu dalam dirinya, Aku mengingat-nya dalam diriKu. Jika dia menyebut namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepadaKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat”.[1][1] HR. Al-Bukhari 8/171 dan Muslim 4/2061. Lafazh hadits ini riwayat Al-Bukhari.

Keajaiban sedekah

Oleh :Ust. Yusuf Mansyur
Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.
Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan.Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan sahabat Saudara.Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya.Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal. Kepada Allah juga semuanya berpulang.Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat “mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah.Matematika Dasar SedekahApa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?10 – 1 = 19Pertambahan ya? Bukan pengurangan?Kenapa matematikanya begitu?Matematika pengurangan darimana?Koq ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar?Kenapa bukan 10-1 = 9?Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil dari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik.Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang satu yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah, tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allah juga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedar sepuluh kali lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat.Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti membalas dengan balasan yang pas buat kita.Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih BanyakKita sudah belajar matematika dasar sedekah, dimana setiap kita bersedekah Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat (walaupun ada di ayat lain yg Allah menyatakan akan membayar 2x lipat). Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main dengan matematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita bersedekah, ternyata betul Allah akan semakin banyak juga memberikan gantinya, memberikan pengambalian dari-Nya.Coba lihat ilustrasi matematika berikut ini:Pada pembahasan yang lalu, kita belajar:10 - 1 = 19
Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:
10 - 2= 28
10 - 3= 37
10- 4= 46
10 - 5= 55
10 - 6= 64
10 - 7= 73
10 - 8= 82
10 - 9= 91
10 - 10= 100
Menarik bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin banyak. Sekali lagi, semakin banyak bersedekah, semakin banyak penggantian dari Allah.Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah, meringankan langkah untuk bersedekah, dan membuat balasan Allah tidak terhalang sebab dosa dan kesalahan kita.Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan.Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan sahabat Saudara.Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya.Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal.

Kepada Allah juga semuanya berpulang.Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat “mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah.2.5 % Tidaklah CukupSaudaraku, barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke sedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa diangkat, 2,5%. Kita akan coba ilustrasikan, dengan perkalian sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh yang signifikan.

Contoh berikut ini, adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji 1jt.

Dia punya pengeluaran rutin sebesar 2jt. Kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1jt itu.

Maka kita dapat perhitungannya sebagai berikut:

Sedekah: Sebesar 2,5%2,5% dari 1.000.000 = 25.000
Maka, tercatat di atas kertas:1.000.000 – 25.000 = 975.000
Tapi kita belajar, bahwa 975.000 bukan hasil akhir.( Teruskan baca ulasan dibawah ini )
Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:975.000 + 250.000 = 1.225.000,- “hasil akhir” dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1jt, “hanya” jadi Rp. 1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar Rp. 2jt. Boleh dibilang secara bercanda, bahwa jika dia sedekahnya “hanya” 2,5%, dia masih akan keringetan untuk mencari sisa 775.000 untuk menutupi kebutuhannya.Coba Jajal Sedekah 10 %Saudara sudah belajar, bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketika diterapkan dalam kasus seorang karyawan yang memiliki gaji 1jt dan pengeluarannya 2jt, maka dia hanya mendapatkan pertambahan 250rb, yang merupakan perkalian sedekah 2,5% dari 1jt, dikalikan sepuluh.Sehingga “skor” akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi Rp. 1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt.Sekarang kita coba terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%.Sedekah: Sebesar 10%10% dari 1.000.000 = 100.000Maka, tercatat di atas kertas:1.000.000 – 100.000 = 900.000Kita lihat, memang kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengan kita bersedekah 2,5%. Tapi kita belajar, bahwa 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:900.000 + 1.000.000 = 1.900.000Dengan perhitungan ini, dia “berhasil” mengubah penghasilannya, menjadi mendekati angka pengeluaran yang 2jt nya. Dia cukup butuh 100rb tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkan.2.5 % Itu Cukup, Kalau ...Setiap perbuatan, pasti ada balasannya. Dan satu hal yang saya kagumi dari matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyatab selalu punya keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahas pelan-pelan sisi ini, sampe kepada pemahaman yang mengagumkan tentang kebenaran janji Allah tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk.Kita sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Mestinya, begitu saya ajukan dalam tulisan terdahulu, sedekah kita, haruslah minimal 10%. Dengan bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan-kebutuhan kita, yang memang kita hidup di dunia pasti punya kebutuhan, akan tercukupi.Dari ilustrasi di dua tulisan terdahulu, saya memaparkan bahwa ketika seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang 1jt, maka “pertambahannya” menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp. 975.000, sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambah dengan pengembalian sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya. Bila sedekah 2,5% ini yang dia tempuh, sedangkan dia punya pengeluaran 2jt, maka kekurangannya teramat jauh. Dia masih butuh Rp. 775.000,-. Maka kemudian saya mengajukan agar kita bersedekah jangan 2,5%, tapi lebihkan. Misalnya 10%.Saudaraku, ada pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwa katanya, sedekah kita yang 2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia ini, maupun kebutuhan yang lebih hebat lagi di akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain sedekah. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah ba’diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Terus, kita punya maksiat sedikit, keburukan sedikit. Bila ini yang terjadi, maka insya Allah, cukuplah kita akan segala hajat kita. Allah akan menambah poin demi poin dari apa yang kita lakukan.Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal, dan banyak maksiatnya. Jadilah kita orang-orang yang merugi. Skor akhir yang sebenernya sudah bertambah, dengan sedekah 2,5% itu, malah harus melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga diri. Perbuatan buruk kita, memakan perbuatan baik kita.Tambahi terus amaliyah kita, dan kurangi terus maksiat kita.

Sumber : wisatahati.com

Allah Tidak Akan Mengurangi, Malah DIA Memberi Lebih

"… Apa saja yang kalian nafkahkan dari kebaikan, maka Allah akan menyempurnakan balasannya, dan kalian tidak akan dizalimi." (Qs. al Baqarah: 272).

Di pelajaran sebelumnya kita melihat investasi yang mengagumkan! Bila saudara punya modal 1jt. Lalu dari modal tersebut saudara bisa disiplin bersedekah 10%, dan melakukannya terus menerus. Istilah saya mah, dilock, "dikunci mati" buat sedekah. Maka subhaanallaah, nilainya akan berlipat-lipat secara fantastis.
Dan hitungan di lembar sebelumnya adalah hitungan "kalau sedekahnya diganti 10 kali lipat". Padahal Allah menjanjikan balasan hingga 700x lipat dan bahkan tidak terbatas. Kalau kita pakai perhitungan 700x lipat, masya Allah, nilainya akan benar-benar membuat kita berdecak kagum. Sayang beribu sayang, Luqman Hakim sendiri sebagai katanya "Penyeru Sedekah", dan sebagian dari saudara yang membaca janji-janji Allah, tidak mempercayai 1000%. Atau tahu, tapi tak mau.
Dan sungguh Allah tidak akan mengurangi apa yang memang menjadi hak kita. Jangankan kita bersedekah, yang memang sudah dijanjikan Allah balasannya. Kita tidak bersedekah pun memang Allah sudah Maha Baik. Allah sudah memberi tanpa kita minta. Kitanya saja yang kurang bersyukur.
Alkisah, begitu Luqman Hakim menceritakan di buku The Miracle of Giving, ada seorang guru agama yang datang kepada seorang kyai. Guru agama ini, dengan percayanya dan yakinnya kepada janji Allah tentang sedekah, bahwa Allah menjanjikan balasan 10x lipat, mendatangi kyai tersebut dengan membawa sedekah sebesar Rp. 2jt.
"Kyai, mohon doa supaya saya bisa berangkat haji," kata si guru agama.
"Iya, saya doakan."
Sejurus kemudian, guru agama ini menyerahkan amplop berisi uang tunai Rp. 2jt.
Uang ini ditolak kyai, sebab kyai memandang si guru agama ini lebih membutuhkan uang ini.
Tapi si guru agama bersikeras.
"Baiklah, mudah-mudahan jenengan bisa berangkat haji."
Dalam waktu yang relatif sangat cepat, guru agama ini balik lagi. Balik dengan membawa uang tunai 4jt.
"Kyai, maaf. Ini saya tambahin sedekahnya. Doakan. Saya tidak kepengen berangkat sendirian. Saya kepengen berangkatnya bareng dengan istri dan ibu saya."
Kyai tertawa, sambil memberi keyakinan kepada saya si penerus cerita ini, bahwa begitulah kalau iman sudah bekerja. Apalagi iman berdasarkan ilmu. Akan mantab amalnya. Si guru agama tahu bahwa Allah akan membalas setiap amal, 10 hingga 700x lipat.
Dia hanya berharap Allah berkenan membalas 10x lipat saja. Dengan perhitungan pergi haji Rp. 17,5jt (saat itu), maka dia memancing rizkinya sendiri dengan derma 2jt. Supaya Allah membalas dengan 20jt. Dalam kalimat yang lebih sopannya (sebab kita tidak berani memakai kalimat "supaya"), mudah-mudahan Allah berkenan membuka rizki 20jt buatnya. Lalu, karena yang berangkat bertiga, maka sedekahnya dia tambahin lagi menjadi total 6jt, atau 60jt buat bertiga.
Masya Allah. Ini sebuah keyakinan yang kadang kita pertanyakan ikhlas atau tidaknya. Ya, kadang kita dengan gagahnya berani "menuduh" orang-orang seperti dia seperti beramal dengan tidak ikhlas. Sebuah padanan kata yang tidak tepat.
Si guru agama tersebut di 3 minggu kemudian mendapatkan rizki sebesar Rp. 67jt. Dan itu hanya 3 minggu sejak dia berinvestasi 6jt.
Darimana dia dapatkan 67jt tersebut?
Secara tidak sengaja dia menunjukkan jalan bagi seseorang untuk membeli tanah si X. Dan pembelinya memberi dia uang tunai tersebut. Belum lagi dari si pemilik tanahnya. Alhamdulillah.
Lihat, Allah tidak pernah ingkar janji. Malah Allah lebihkan pengembaliannya, bukan sekedar 10x lipat.
Di dalam buku The Miracle of Giving, Luqman Hakim lebih mendalam lagi mengupas tentang Keajaiban Sedekah.
Allah selalu menepati janji-Nya. Kitanya saja yang tidak percaya akan janji-janji-Nya.

Sumber dari wisatahati.com

Sedekah membawa berkah

Kejadian ini saya alami baru-baru ini, dimana pada pertengahan bulan mei 2007 saya benar- benar stress berat dan hampir putusasa karena target yg diberikan oleh bos belum terlihat akan tercapai dan itu membuat saya menjadi orang yang mudah emosinya meledak-ledak, baik pada anak buah ataupun kpd istri sendiri. Telah banyak cara yang saya lakukan dan sholatpun lebih saya tingkatkan. Tapi saya merasa itu tidak membawa perubahan yg berarti bagi pekerjaan saya, dimana omset tiap harinya terus turun dan turun. Tapi disaat saya dititk bawah yg membuat saya lebih stress, tiba-tiba saya seperti di SENTIL oleh Alloh SWT untuk bersedekah dan melaksanakan sholat Dhuha yang dulu pernah saya jalani tapi sekarang sudah jarang saya jalankan. Akhirnya dengan kebulatan tekad dan niat yang tulus serta mengharapkan Ridho Alloh SWT, mulai hari tiu juga saya menjalani semua itu dan Subahanalloh dalam waktu hanya lebih kurang 2 minggu, target yang diberikan oleh bos dapat saya capai malah melebihi dari target. Alhamdullillah sekarang saya masih bekerja ditempat ini.

Sumber : wisatahati.com

Sedekah membawa kesembuhanku

Ass.wr.wb, Pada awal bulan Apil 2007 yang lalu saya sakit, leher sampai ke bahu saya tidak bisa digerakkan, telingapun ikut jadi sakit. meskipun begitu saya masih bisa mengerjakan kain bordiran.Saya tahan sakit itu sampai pada tanggal 26 April.Pada akhirnya saya tidak sanggup lagi untuk mengerjakan pekerjaan rumah sendiri.Pada Saat yang sama pula ibu saya juga sakit, bahkan pada awalnya kakinya kalo dipakai jalan itu sakit luar biasa.Untuk membereskan rumah akhirnya saya minta tolong orang untuk membantu saya di rumah.Saya tidak tahu penyakit apakah ini.Saya sudah ke dokter pada 30 April, diberi obat yang mana apabila obat itu saya minum saya muntah terus karena lambung saya tidak tahan,kalo saya tidak minum obat leher saya sakit.Saya juga harus menjalani terapi setiap harinya.Sudah seminggu kok malah semakin sakit saja.Tepat saat itu hari Minggu 6 mei 2007 ada teman datang ke rumah namanya Mbak Tipah minta bantuan dana untuk masjid yang baru direnovasi.kebetulan saya kasihh 50.000, kebetulan saja saat itu saya habis gajian.yang sebelumnya juga sudah saya sedekahkan untuk SPP anak yatim saya 100.000.saya blm sempat untuk membelanjakannya. baru setelah itu saya mengajak janda yang membantu di rumah saya ( Yu Sarmi namanya) untuk belanja di Supermarket karena persediaan bahan untuk kebutuhan sehari hari habis.Di depan supermarket ada orang kusta yang minta2 saya pun memberi uang recehan saat itu di kantong celana saya.sebelum selesai belanja saya menawarkan ke Yu Sarmi " Yu Sarmi Pengen apa, ambil aja yang disuka." Ternyata dia hanya minta Sebungkus Coklat Delfi untuk anaknya yang di rumah.Sampai dirumahpun rasa sakit itu masih ada.rasanya putus asa.Saya sudah sedekah kenapa kok Allah belum menyembuhkan saya,kok malah rasanya tambah sakit.Pada saat ashar tiba, ada telp dari teman yang mau mengajak berobat ke kyai,tp saya menolak karena saya tidak ada yang mengantar,tempatnya jauh.Setelah sholat ashar ibu saya menghidupkan televisi kebetulan saat itu ada acara Hikayah di Trans TV yang ngisi acara itu kebetulan Ust Yusuf Mansur dan Zaskia AM. Disitu saya mendengarkan dengan seksama,ada satu hal yang saya ingat sampai sekarang.Apabila kita sudah melakukan sedekah kita berhak untuk memohon kepada Allah.Kebetulan saat itu saya belum melakukan sholat Ashar, langsung saja saya ambil wudhu dan sholat,pada doa yang saya panjatkan adalah " Ya Allah ampuni dosa saya, Saya terima semua cobaanmu ini tapi tolonglah ya Allah berilah hamba ini Kesabaran dan kemudahan dalam mencari obat dan rizki , karena anak yatim yang ada disekitar saya masih membutuhkan saya."lalu saya bersujud sambil menangis.Aneh sekali begitu bangun dari sujud Saya menjadi lebih ringan, saking tidak percayanya saya gunakan untuk menyetrika ternyata tidak sakit sedikitpun.Subhanallah, begitulah kebesaran Allah yang saya rasakan.Alhamdulillah, sebagai rasa syukur keesokan harinya saya panggil anak yatim disekitar saya untuk saya beri makan, dan saya kembali sedekah untuk masjid 100.000. Semoga pengalaman ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Sumber : wisatahati.com

Allah tidak pernah meninggalkan kita

Keluarga kami tertimpa musibah, yaitu 3 th yll tertipu bisnis kontraktor sejumlah 600 juta, bahkan sampai sekarang kami harus menanggung hutang yang sangat besar &kehilangan rumah.sebagai manusia awam, kami sangat tidak bisa menerima dan sempat sedih berkepanjangan.bahkan suami saya pun sempat mencari jalan yang salah dalam mencari uang untuk mengembalikan yang hilang yaitu dengan mencari dukun yang dapat memberikan uang goib. Subhanallah. sampai sekarang uang itu tidak pernah bisa didapatkan suami saya. karena Allah tidak Ridho kami yang diujiNya, akan dinaikkan derajatnya, Malah salah jalan, akhirnya sekarang kami mengiklaskan semuanya, kami yakin bahwa Allah pasti punya maksud dibalik semua ini. kami mulai bisa menerima. kami mulai memperbaiki sholat menjalankan sholat sunah, ikhlas bersedekah,bahkan kehadiran anak yang kami iktiarkan selama 4 tahun pernikahan Alhamdulillah tiba2 datang begitu saja. hal yang selama ini kami takutkan yaitu darimana tiap bulan kami dapat membayar hutang? padahal penghasilan kami tidak menentu, ternyata kami bisa menjalaninya sampai hutang tersebut tinggal 3 bulan lagi selesai. ada saja jalan Allah dalam membantu kami mendapatkan uang untuk melunasi hutang itu tiap bulan.Kami sekeluarga semakin yakin dan percaya bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik bagi umatnya. tanpa kita bisa memilih2. hanya Allah yang tau yang terbaik untuk kita.kami bersyukur dengan ujian ini. Masalah kami memang belum selesai, namun kami siap menjalani ujian ini dijalan Allah, dan yakin akan pertolongannya. dan bagi saudara2ku semua yang sedang terkena musibah, jangan khawatir, Allah tidak pernah meninggalkan kita, kita harus bisa menerima musibah ini dengan ikhlas dan tetap berusaha dijalan yang diridhoi, Allah pasti memberi jalan yang kadang tak dapat kita duga. Amien.

Sumber : wisatahati.com

Sedekah rumah, hutang lunas dan rumah kembali

Tersebutlah seorang lelaki asal Jawa Tengah, yang terbelit hutang kurang lebih Rp. 126jt. Dan dia mengaku sudah dalam keadaan tidak lagi punya harapan. Seisi rumah barang-barangnya satu demi satu habis dijual. Baik untuk bayar hutang, maupun untuk makan dan kebutuhan sehari-hari. Tertinggal hanya rumah, yang itu pun belum lunas kreditannya. Suatu hari dia menemui Ustadz Sedekah, yang menyarankan kepada dirinya untuk bersedekah di jalan Allah, dengan sedekah terbaik. Supaya apa? Supaya dapat ridho Allah. Kalau Allah sudah ridho, maka usahanya untuk membayaar hutang kemungkinan akan berhasil. Kata si Ustadz tersebut, mengapa dia begitu sulit membayar hutang, bisa jadi Allah belum ridho dan belum memberikan izin. Nah, bersedekah, adalah salah satu upaya untuk mendatangkan ridho Allah. Singkat cerita, rumah tersebut dia jual! Dengan harga 18 juta rupiah. Harga ini bahkan di bawah standar. Dia harusnya bisa mengover kredit rumahnya ini seharga 23jt rupiah. Tapi si Ustadz mendorong, sudahlah, jangan menunggu harganya menjadi 23jt rupiah. Jual saja dengan harga yang ditawar dan dibayar paling cepat. Insya Allah di mata Allah, harga jualnya tetap 23jt rupiah. Setelah dapat uang 18jt rupiah, orang ini kemudian mengambil 3jt untuk mengontrak rumah dan sekedar untuk bertahan hidup selama beberapa pekan. Dia bismillah, akan berusaha yang terbaik. Allah menjawab doanya. Orang ini bersedia bersedekah yang terbaik. Tidak gampang bersedekah seperti yang dia lakukan. Menjual rumahnya, dan mengambil hanya beberapa rupiah, lalu menyedekahkan sisanya. Dan orang ini pun meninggalkan pekerjaannya. Dia marketing sebuah perusahaan farmasi yang kebetulan pimpinannya mengharuskan dia bermain kotor. Menyuap dengan uang dan memberikan perempuan untuk para dokter, adalah sebagian dari caranya mengejar target perusahaan. Kelak kemudian dia menyadari bahwa cara inilah yang membuatnya terbenam dalam lautan hutang! Ya, Allah menjawab doanya. Ketika dia bersedekah dan meninggalkan lingkungan pekerjaan kotornya, dia kemudian berniaga, mandiri. Usahanya membuahkan hasil, kali ini, justru dari bidang yang selama ini dia tidak pernah geluti. Bidang advertising. Dia berhasil meng-close iklan layanan masyarakat dan iklan produk untuk sebuah agency periklanan besar milik seorang kawan kenalannya. Dan dalam satu bulan usaha dia meng-close iklan tersebut, dia dapat komisi yang tidak tanggung-tanggung besarnya. 157jt! Bersih! Subhanallah, dia kemudian bisa membayar hutangnya yang 126jt, dan bahkan dia bisa membeli lagi rumah yang lain sebagai pengganti rumah yang dia jual untuk disedekahkan kemaren dulu. Allah memang Maha Menepati Janji-Nya. Siapa saja yang mencintai sedekah, Allah akan mengulurkan Tangan-Nya membantu.

Sumber : wisatahati.com

Diganti dengan yang lebih besar

Saya seorang hamba Allah yang merasakan karunia yang tak terhingga berkat sedekah, atau sesuatu yang saya keluarkan. Disini saya ingin menceritakan kisah hidup saya, yang menjadi inspirasi bagi saya pribadi untuk tetap mengulurkan tangan, Untuk tetap menjaga tangan selalu di atas, dan untuk tetap menjadi perpanjangan tangan dari Allah kepada orang lain. Saya mengalami pengurangan karyawan di perusahaan saya, hanya bisa pasrah pada saat menerima uang pesangon, Tidak banyak yang bisa saya lakukan selain menitipkan persoalan ini ke yang Maha Kuasa. Mungkin ini teguran bagi saya, Yang ada dalam pikiran saya hanyalah itu, satu hari setelah tidak bekerja lagi saya memutuskan untuk mencari kerja setelah Bulan ramadhan, saya ingin memusatkan diri saya untuk beribadah ke yang Maha Merencanakan, tapi itulah hanya rencana Saya, keesokan harinya, seseorang dari perusahaan saya memberikan beberapa referensi untuk mengirimkan CV, maka Dengan Bismillah saya mengirimkan itu, sambil berdoa, “jika ini rezeki hamba, maka mudahkanlah, sebenarnya hamba ingin Memusatkan berpuasa di bulan ramadhan”. Alhamdulillah saya mendapat panggilan kerja, hanya setelah 1 minggu dirumah, proses Demi proses saya lalui, hingga tibalah keputusan untuk menandatangani kontrak. Subhanallah, baru dapat pesangon ternyata Rezeki saya dialirkan kembali oleh Yang Maha kaya. Inilah yang menjadi inti testimony saya, setelah saya bekerja, saya mendapat telepon dari seorang teman, yang membutuhkan uang, Bagi saya, uang akan menjadi persoalan yang besar antara hubungan pertemanan, tapi setelah mempertimbangkan dengan matang, Sehubungan dengan keperluan teman tersebut, maka saya meminjamkan uang. Sesuai kesepakatan uang akan saya transfer, begitu Saya akan transfer, saya mendapatkan uang saya bertambah, saya bingung, uang siapa, apakah ada yang salah transfer, untuk itu Saya memastikan dulu uang itu dari mana, dan saya belum mentransfer ke teman saya. Akhirnya buku saya print, subhanallah, ternyata Uang tersebut dari kantor lama saya yang merupakan uang THR. Saya tidak dapat membayangkan betapa Allah sangat sayang sama Saya, rezeki dengan rezeki Dia kirimkan kepada saya, akhirnya saya baru mentransfer uang ke teman saya. Selang satu minggu kemudian, saya mendapatkan tambahan lagi, itu merupakan gaji pertama saya diperusahaan yang baru padahal saya Baru bekerja 2 minggu, Alhamdulillah, Allah telah mengabulkan doa-doa saya, insya Allah saya tidak menjadi hamba yang riya dan sombong, Saya yakin ini hanyalah titipan Allah yang harus saya keluarkan kembali untuk orang-orang yang membutuhkan.

Sumber : Wisatahati.com

Sedekah menyelamatkan saya

Dengan langkah gontai dan lemas, Mulayadi keluar dari sebuah bank yang terletak di Jalan Diponegoro Jakarta Pusat, Jumat sore di bulan September 2006. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Pihak bank memintanya untuk kooperatif, karena Senin atau Selasa, kantor pelelangan akan menyita seluruh asetnya. "Jumat itu, saya diminta pihak bank untuk segera kooperatif atas kedatangan kantor pelelangan bahwa Senin atau Selasa akan datang untuk menyita asset saya. Kantor pelelangan tersebut akan mencoba menyelesaikan masalah saya dengan konsep dilelang." tutur Mulyadi mengawali kisahnya kepada Republika akhir pekan lalu. Selain bekerja disuatu perusahaan, suami dari Nurasiah Jamil ini membuka usaha sendiri. Posisi terakhir yand dijabatnya adalah Direktur Utama PT.Zebra Nusantara Tbk, perusahaan transportasi terbesar di kota Surabaya. "dari kesulitan-kesulitan makro berimbas kepada kesulitan termasuk perusahaan yang saya kelola. Akumulasi kesulitan itu berakibat terhadap terancamnya aset-aset yang saya miliki," ujarnya. Nilai aset itu hampir 2 miliar, dan akumulasi utang hampir Rp. 3 miliar. Dan, untuk kali pertama dalam hidupnya, pria kelahiran Bogor 2 November 1970 yang pernah menjabat Direktur Utama PT.Steady Safe Tbk ini menggunakan kendaraan umum untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Jujur saja, selama ini Mulyadi kemanapun selalu menggunakan sopir. "Akhirnya saya naik Busway karena itu kendaraan yang saya lihat berlalu lalang. Pertama kali saya naik bis ya itu dari depan hotel Mandarin menuju Al Azhar. Saya sholat Maghrib di situ saya lihat dan mendengar publikasi dari pengurus masjid tentang adanya tausiyah." Ia pun beriktikaf di Masjid Agung Al Azhar hingga waktu Isya tiba. Setelah Shalat Isya berjamaah Mulayadi mengikuti pengajian yang malam itu menampilkan da'i muda Ustadz Yusuf Mansur sebagai penceramah. "Saya terkejut, ketika dalam tausiyah mengatakan,"Mungkin diantara jamaah yang hadir di sini adalah orang yang tidak sama sekali berniat untuk datang ke Al Azhar bahkan mendengarkan tausiyah dari saya. Tapi, jamaah tersebut saat ini sedang dilanda kesulitan yang luar biasa", ungkap Mulyadi menirukan. Intinya, sang Ustadz mengatakan bagaimana cara mengatasi kesulitan dan mengharapkan pertolongan Allah. Caranya adalah dengan bersedekah. dan lebih utama adalah benda yang paling dicintainya. Tanpa pikir panjang, Mulyadi pun mengikhlaskan jam tangan merek Bulgari yang melingkar di tangannya seharga 3.000 dolar AS untuk disedekahkan. "Waktu itu, yang paling berharga hanya jam tangan karena di dompet hanya ada uang Rp. 110 ribu. ATM saldonya sudah sangat minimum, Kartu kredit sudah over limit. Waktu itu saya pikir kalau saya sedekahkan Rp. 100 ribu uang saya tinggal Rp. 10 ribu." Sejenak ada rasa berat. Jam tangan itu memang tipe jam yang diidam-idamkannya dari dulu. Namun ia segera menepisnya. Saat dilelang. Jam itu dibeli seorang jamaah seharga Rp.200 ribu. Ia merasa enteng sepulang dari masjid. Ia mengaku berada di puncak kepasrahan tertinggi selama hidupnya. Ia siap untuk menerima keputusan apapun, termasuk hilangnya semua aset yang dimilikinya. Tak lama kemudian, teleponnya berdering. jauh sebelum krisis mendera dirinya, ia pernah mengajukan sebuah proposal proyek kepada sebuah lembaga. Suara telpon diseberang sana menanyakan proposalnya dulu, apakah berniat untuk meneruskan atau tidak. "Allah menggerakan hatinya untuk mengakomodasi proposal saya," kisahnya penuh suka cita. Senin, hanya berselang dua hari setelah mensedekahkan jam Bulgarinya, Mulyadi diminta datang ke kantor rekannya bersamaan dengan rencana eksekusi lelang. Mereka sepakat bekerja sama. Tak sempat seminggu, ia sudah meneken surat perjanjian kerja sama. Uang muka honorarium segera dikirim ke rekening. begiru kata mereka. Di hari batas terakhir ia harus melunasi hutangnya, ia pergi ke bank. "Subhanallah, sudah ada jumlah uang yang sangat-sangat cukup untuk menyelesaikan semua kwajiban saya," ia berkisah dengan mata berbinar. Ia tak akan pernah melupakan kisah itu."Inilah pengalaman batin yang paling berkesan sepanjang hidup saya. Apa yang kita sangka, tak selalu seperti itu yang Allah kehendaki." Ia pun teringat, boleh jadi, keajaiban itu datang karena sebelumnya ia berikhtiar, berdoa tanpa putus, ibadah puasa Senin-Kamis, Sholat Dhuha setiap hari, iktikap di masjid, dan selalu mendoakan orang tua. Mulyadi bersyukur Allah memberinya kesulitan hidup, karena itu adalah momentum untuk melihat keperkasaan Allah SWT. Allah mengintervensi kehidupan manusia selama manusia berada di jalan Allah dan menikhtiarkan sesuatu yang benar-benar mengharap ridha Allah total tidak berkehendak atau tidak tergantung selain Allah."Jika kita bersedekah, ternyata itu yang mengundang intervensi Allah lebih cepat lagi," tandas Mulyadi berfilosofi.

Sumber : dari wisatahati.com

Percayalah janji allah (ganti sedekah tidak terduga)

Mungkin memang tidak saya sangka bahwa janji Allah itu benar. Awalnya saya hanya ingin coba-coba dengan ikut memberikan dana untuk program PPPAnya wisata hati. Saya langsung aja transfer uang dari bank ke rekening wisata hati sebesar Rp 20.000,-. Dalam Mesin ATM tersebut saya juga ikut menginfaqkan seribu rupiah. Saya selalu berfikir apa mungkin Allah akan mengganti semuanya, padahal rasanya tidak ada jalan yang memungkinkan untuk adanya pengembalian (itu menurut saya). Bayangkan saja, saya hanya mahasiswa, belum punya pekerjaan dan penghasilan, usang saku saja masih minta ma orang tua. Seminggu kemudian saat saya harus melakukan penelitian dan membutuhkan uang yang lebih, saya bingung harus cari kemana, mo cari pinjaman teman gak enak rasanya, mo minta uang ma orang tua, rasanya gak mungkin soalnya usaha orang tua saat itu lagi menurun. Hingga malam tiba sebelum keesokan hari penelitian itu saya lakukan saya merenung di kamar. Belum saja saya merebahkan badan, eh..pintu kamar ada yang ketuk. ternyata teman kosku yang 5 bulan lalu pinjam uang saya 200ribu, dan malam itu tanpa saya duga dia mengembalikannya. Alhamdulillah, dalam hati saya begitu. Sehari setelahnya kos-kosan sedang sepi dan waktu itu saya baru pulang dari penelitian. Saya bermaksud hendak mandi, dan waktu masuk ke kamar mandi, eh.. ada uang 50000 di kamar mandi. saya pikir uang siapa yang jatuh. sehari dua hari saya simpan uang itu, saya pikir apa itu rezeki saya, tapi bukan ah itu bukan milik saya (begitu kata hati saya). saya bertekat akan mencari pemilik uang itu, paling salah satu dari teman kosku. ternyata malam harinya ada satu teman yang merasa kehilangan uang sebesar itu. lalu saya kembalikan uang itu, dan alhamdulillah teman kos saya itu memberi saya 10ribu dengan senang hati padahal saya tidak memintanya. Inilah bukti kebenaran janji Allah, kadang kita berfikir darimana ya nanti Allah akan menggantinya. percayalah Allah akan mengganti dari jalan yang tidak disangka-sangka, bahkan jalan yang tidak pernah kita pikirkan sekalipun. Dan benarlah janji Allah akan mengganti 10 kali lipat. Bayangkan uang 20 ribu diganti dengan 200ribu dan uang seribu

Sumber : dari wisatahati.com

Sedekah membuat segalannya jadi mungkin

Dulu saya adalah orang yang Tidak bisa mempergunakan kepercayaan orang dengan baik, padahal banyak sekali orang yang percaya kepada saya, apalagi dalam urusan usaha. singkat cerita ... usaha saya berkembang pesat dengan menggunakan segala macam trik dan tipu daya, tapi akhirnya....... akibat dari perbuatan saya itu membuahkan sebuah problema hutang yang sangat besar, artinya saya terlilit hutang hingga ratusan juta yang menurut saya sudah tidak mungkin lagi untuk membayarnya, ditambah lagi tak ada satu pun usaha saya yang bisa dijalankan. semenjak itu saya stress berat.... tapi akhirnya saya lebih bisa mendekatkan diri kepada allah.... itu yang pertama saya syukuri. setelah itu saya mulai mendengarkan tausiyah nya Ust. Yusuf Mansur tentang keajaiban sedekah... singkat cerita saya mulai mencoba dan mencoba sedekah..... ajaibnya saya selalu mendapat jalan dan bantuan dari mana saja yang tak terduga-duga yang menurut saya sudah tidak mungkin lagi. lebih anehnya lagi saya mendapat kepercayaan untuk mengerjakan sebuah proyek dari salah satu perusahaan restoran besar di bandung, padahal mereka tidak pernah mengenal saya sebelumnya, dengan kepercayaan penuh mereka memberikan uang muka kepada saya untuk modal kerja. Alhamdulilah saya tidak lupa memotong uang muka tadi untuk sedekah. sekarang pekerjaan masih berlangsung. lagi-lagi keajaiban tiba.... saya sudah ditawari lagi proyek yang baru, padahal pekerjaan yang dulu aja belum selesai.... SUBHANALLAH...... Sekarang saya masih punya hutang, tetapi sudah semakin berkurang dan selalu diberi jalan oleh allah untuk mengatasinya. Percayalah wahai saudara.... dengan sedekah.... membuat yang asalnya tidak mungkin menjadi mungkin.


Sumber : dari wisatahati.com

Matematika Gaji dan Logika Sedekah

Dalam satu kesempatan tak terduga, saya bertemu pria ini. Orang-orangbiasa memanggilnya Mas Ajy. Saya tertarik dengan falsafah hidupnya, yangmenurut saya, sudah agak jarang di zaman ini, di Jakarta ini. Darisinilah perbincangan kami mengalir lancar.Kami bertemu dalam satu forum pelatihan profesi keguruan yang diprogramsebuah LSM bekerja sama dengan salah satu departemen di dalam negeri.Tapi, saya justru mendapat banyak pelajaran bernilai bukan daripelatihan itu.Melainkan dari pria ini.Saya menduga ia berasal dari kelas sosial terpandang dan mapan. Karenapenampilannya rapih, menarik dan wajah yang tampan. Namun tidak sepertiyang saya duga, Mas Ajy berasal dari keluarga yang pas-pasan. Jauh darimapan. Sungguh kontras kenyataan hidup yang dialaminya dengan sikaphidup yang dijalaninya. Sangat jelas saya lihat dan saya pahami daribeberapa kali perbincangan yang kami bangun.Satu kali kami bicara tentang penghasilan sebagai guru. Bertukarinformasi dan memperbandingkan nasib kami satu dengan yang lain, satusekolah dengan sekolah lainnya. Kami bercerita tentang dapur kamimasing-masing. Hampir tidak ada perbedaan mencolok. Kami sama-samabernasib "guru" yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa. Yang membedakansangat mencolok antara saya dan Mas Ajy adalah sikap hidupnya yang amatberbudi. Darinya saya tahu hakikat nilai di balik materi.Penghasilannya sebulan sebagai guru kontrak tidak logis untuk membiayaiseorang isteri dan dua orang putra-putrinya. Dia juga masih memilikitanggungan seorang adik yang harus dihantarkannya hingga selesai SMA.Sering pula Mas Ajy menggenapi belanja kedua ibu bapaknya yang tak lagiberpenghasilan. Menurutnya, hitungan matematika gajinya barulah bisamencukupi untuk hidup sederhana apabila gajinya dikalikan 3 kali darijumlah yang diterimanya."Tapi, hidup kita tidak seluruhnya matematika dan angka-angka. Adadimensi non matematis dan di luar angka-angka logis.""Maksud Mas Ajy gimana, aku nggak ngerti?""Ya, kalau kita hanya tertuju pada gaji, kita akan menjadi orang pelit.Individualis. Bahkan bisa jadi tamak, loba. Karena berapapun sebenarnyanilai gaji setiap orang, dia tidak akan pernah merasa cukup. Lalu diaakan berkata, bagaimana mau sedekah, untuk kita saja kurang.""Kenyataannya memang begitu kan Mas?", kata saya mengiayakan. "Manamungkin dengan gaji sebesar itu, kita bisa hidup tenang, bisa sedekah.Bisa berbagi." Saya mencoba menegaskan pernyataan awalnya."Ya, karena kita masih menggunakan pola pikir matematis. Cobalah keluardari medium itu. Oke, sakarang jawab pertanyaan saya. Kita punya uangsepuluh ribu. Makan bakso enam ribu. Es campur tiga ribu. Yang seribukita berikan pada pengemis, berapa sisa uang kita?""Tidak ada. Habis." jawab saya spontan."Tapi saya jawab masih ada. Kita masih memiliki sisa seribu rupiah. Danseribu rupiah itu abadi. Bahkan memancing rezeki yang tidak terduga."Saya mencoba mencerna lebih dalam penjelasannya. Saya agak tercenungpada jawaban pasti yang dilontarkannya. Bagaimana mungkin masih tersisauang seribu rupiah? Dari mana sisanya?"Mas, bagaimana bisa. Uang yang terakhir seribu rupiah itu, kan sudahdiberikan pada pengemis ", saya tak sabar untuk mendapat jawabannya."Ya memang habis, karena kita masih memakai logika matematis. Tapicobalah tinggalkan pola pikir itu dan beralihlah pada logika sedekah.Uang yang seribu itu dinikmati pengemis. Jangan salah, bisa jadi puluhanlontaran doa' keberkahan untuk kita keluar dari mulut pengemis itu ataspemberian kita. Itu baru satu pengemis. Bagaimana jika kitamemberikannya lebih. Itu dicatat malaikat dan didengar Allah. Itumenjadi sedekah kita pada Allah dan menjadi penolong di akhirat.Sesungguhnya yang seribu itulah milik kita. Yang abadi. Sementara nilaibakso dan es campur itu, ujung-ujungnya masuk WC."Subhanallah. Saya hanya terpaku mendapat jawaban yang dilontarkannya.Sebegitu dalam penghayatannya atas sedekah melalui contoh kecil yanghidup di tengah-tengah kita yang sering terlupakan. Sedekah memangberat. Sedekah menurutnya hanya sanggup dilakukan oleh orang yang telahmerasa cukup, bukan orang kaya. Orang yang berlimpah harta tapi tidakmau sedekah, hakikatnya sebagai orang miskin sebab ia merasa masihkurang serta sayang untuk memberi dan berbagi.Penekanan arti keberkahan sedekah diutarakannya lebih panjang melaluipola hubungan anak dan orang tua. Dalam obrolannya, Mas Ajy sepertiingin menggarisbawahi, bahwa berapapun nilai yang kita keluarkan untukmencukupi kebutuhan orang tua, belum bisa membayar lunas jasa-jasanya.Air susunya, dekapannya, buaiannya, kecupan sayangnya dan sejagat harubiru perasaanya.Tetapi di saat bersamaan, semakin banyak nilai yang dibayar untuk itu,Allah akan menggantinya berlipat-lipat."Terus, gimana caranya Mas, agar bisa menyeimbangkan nilai metematisdengan dimensi sedekah itu?"."Pertama, ingat, sedekah tidak akan membuat orang jadi miskin, tapisebaliknya menjadikan ia kaya. Kedua, jangan terikat dengan keterbatasangaji, tapi percayalah pada keluasan rizki. Ketiga, lihatlah ke bawah,jangan lihat ke atas. Dan yang terakhir, padukanlah nilai qona'ah, ridhadan syukur". Saya semakin tertegun Dalam hati kecil, saya meraba semuagaris hidup yang telah saya habiskan.Terlalu jauh jarak saya dengan Mas Ajy. Terlalu kerdil selama inipandangan saya tentang materi. Ada keterbungkaman yang lama saya rasakandi dada.Seolah-oleh semua penjelasan yang dilontarkannya menutup rapat egoismekecongkakan saya dan membukakan perlahan-lahan kesadaran batin yangtelah lama diabaikan. Ya Allah saya mendapatkan satu untai mutiaramelalui pertemuan ini. Saya ingin segera pulang dan mencari butir-butirmutiara lain yang masih berserak dan belum sempat saya kumpulkan.***Sepulang berjamaah saya membuka kembali Al-Qur'an. Telah beberapa waktusaya acuhkan. Ada getaran seolah menarik saya untuk meraih danmembukanya.Spontan saya buka sekenanya. Saya terperanjat, sedetik saya ingat MasAjy.Allah mengingatkan saya kembali:"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkanhartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yangmenumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allahmelipat gandakan(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Terjemah QS. Al-Baqarah [2] 261)

Diambil dari Millis

Sedekah menyelamatkan saya

Dengan langkah gontai dan lemas, Mulayadi keluar dari sebuah bank yang terletak di Jalan Diponegoro Jakarta Pusat, Jumat sore di bulan September 2006. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Pihak bank memintanya untuk kooperatif, karena Senin atau Selasa, kantor pelelangan akan menyita seluruh asetnya. "Jumat itu, saya diminta pihak bank untuk segera kooperatif atas kedatangan kantor pelelangan bahwa Senin atau Selasa akan datang untuk menyita asset saya. Kantor pelelangan tersebut akan mencoba menyelesaikan masalah saya dengan konsep dilelang." tutur Mulyadi mengawali kisahnya kepada Republika akhir pekan lalu. Selain bekerja disuatu perusahaan, suami dari Nurasiah Jamil ini membuka usaha sendiri. Posisi terakhir yand dijabatnya adalah Direktur Utama PT.Zebra Nusantara Tbk, perusahaan transportasi terbesar di kota Surabaya. "dari kesulitan-kesulitan makro berimbas kepada kesulitan termasuk perusahaan yang saya kelola. Akumulasi kesulitan itu berakibat terhadap terancamnya aset-aset yang saya miliki," ujarnya. Nilai aset itu hampir 2 miliar, dan akumulasi utang hampir Rp. 3 miliar. Dan, untuk kali pertama dalam hidupnya, pria kelahiran Bogor 2 November 1970 yang pernah menjabat Direktur Utama PT.Steady Safe Tbk ini menggunakan kendaraan umum untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Jujur saja, selama ini Mulyadi kemanapun selalu menggunakan sopir. "Akhirnya saya naik Busway karena itu kendaraan yang saya lihat berlalu lalang. Pertama kali saya naik bis ya itu dari depan hotel Mandarin menuju Al Azhar. Saya sholat Maghrib di situ saya lihat dan mendengar publikasi dari pengurus masjid tentang adanya tausiyah." Ia pun beriktikaf di Masjid Agung Al Azhar hingga waktu Isya tiba. Setelah Shalat Isya berjamaah Mulayadi mengikuti pengajian yang malam itu menampilkan da'i muda Ustadz Yusuf Mansur sebagai penceramah. "Saya terkejut, ketika dalam tausiyah mengatakan,"Mungkin diantara jamaah yang hadir di sini adalah orang yang tidak sama sekali berniat untuk datang ke Al Azhar bahkan mendengarkan tausiyah dari saya. Tapi, jamaah tersebut saat ini sedang dilanda kesulitan yang luar biasa", ungkap Mulyadi menirukan. Intinya, sang Ustadz mengatakan bagaimana cara mengatasi kesulitan dan mengharapkan pertolongan Allah. Caranya adalah dengan bersedekah. dan lebih utama adalah benda yang paling dicintainya. Tanpa pikir panjang, Mulyadi pun mengikhlaskan jam tangan merek Bulgari yang melingkar di tangannya seharga 3.000 dolar AS untuk disedekahkan. "Waktu itu, yang paling berharga hanya jam tangan karena di dompet hanya ada uang Rp. 110 ribu. ATM saldonya sudah sangat minimum, Kartu kredit sudah over limit. Waktu itu saya pikir kalau saya sedekahkan Rp. 100 ribu uang saya tinggal Rp. 10 ribu." Sejenak ada rasa berat. Jam tangan itu memang tipe jam yang diidam-idamkannya dari dulu. Namun ia segera menepisnya. Saat dilelang. Jam itu dibeli seorang jamaah seharga Rp.200 ribu. Ia merasa enteng sepulang dari masjid. Ia mengaku berada di puncak kepasrahan tertinggi selama hidupnya. Ia siap untuk menerima keputusan apapun, termasuk hilangnya semua aset yang dimilikinya. Tak lama kemudian, teleponnya berdering. jauh sebelum krisis mendera dirinya, ia pernah mengajukan sebuah proposal proyek kepada sebuah lembaga. Suara telpon diseberang sana menanyakan proposalnya dulu, apakah berniat untuk meneruskan atau tidak. "Allah menggerakan hatinya untuk mengakomodasi proposal saya," kisahnya penuh suka cita. Senin, hanya berselang dua hari setelah mensedekahkan jam Bulgarinya, Mulyadi diminta datang ke kantor rekannya bersamaan dengan rencana eksekusi lelang. Mereka sepakat bekerja sama. Tak sempat seminggu, ia sudah meneken surat perjanjian kerja sama. Uang muka honorarium segera dikirim ke rekening. begiru kata mereka. Di hari batas terakhir ia harus melunasi hutangnya, ia pergi ke bank. "Subhanallah, sudah ada jumlah uang yang sangat-sangat cukup untuk menyelesaikan semua kwajiban saya," ia berkisah dengan mata berbinar. Ia tak akan pernah melupakan kisah itu."Inilah pengalaman batin yang paling berkesan sepanjang hidup saya. Apa yang kita sangka, tak selalu seperti itu yang Allah kehendaki." Ia pun teringat, boleh jadi, keajaiban itu datang karena sebelumnya ia berikhtiar, berdoa tanpa putus, ibadah puasa Senin-Kamis, Sholat Dhuha setiap hari, iktikap di masjid, dan selalu mendoakan orang tua. Mulyadi bersyukur Allah memberinya kesulitan hidup, karena itu adalah momentum untuk melihat keperkasaan Allah SWT. Allah mengintervensi kehidupan manusia selama manusia berada di jalan Allah dan menikhtiarkan sesuatu yang benar-benar mengharap ridha Allah total tidak berkehendak atau tidak tergantung selain Allah."Jika kita bersedekah, ternyata itu yang mengundang intervensi Allah lebih cepat lagi," tandas Mulyadi berfilosofi.

Sumber : dari wisatahati.com

Cerita Ust.Yusuf Mansur dan Security POM Bensin

Ini ada cerita ringan, dialog antara *Ust. Yusuf Mansur dengan Security
POM Bensin*. Agak panjang, tapi percaya deh enak kok dibacanya ….
SEMOGA BERMANFAAT dan menjadi nasihat terutama untuk diri saya sendiri.

Banyak yang mau berubah, tapi memilih jalan mundur. Andakah orangnya?

Satu hari saya jalan melintas di satu daerah. Tetidur di dalam mobil.
Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya pesen ke supir
saya: “Nanti di depan ke kiri ya”.
“Masih banyak, Pak Ustadz”.
Saya paham. Supir saya mengira saya pengen beli bensin. Padahal bukan.
Saya pengen pipis.
Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti.
“PakUstadz!”. Dari jauh ia melambai dan mendekati saya.
Saya menghentikan langkah. Menunggu beliau.
“Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan
hanya melihat di TV saja…”. Saya senyum aja. Ga ke-geeran, insya Allah,
he he he.
“Saya ke toilet dulu ya”.
“Nanti saya pengen ngobrol boleh Ustadz?”
“Saya buru-buru loh. Tentang apaan sih?”
“Saya bosen jadi satpam Pak Ustadz”.
Sejurus kemudian saya sadar, ini Allah pasti yang “berhentiin” saya.
Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun pengen pipis. Eh nemu
pom bensin. Akhirnya ketemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya kudu
bicara dengan dia. Sekuriti ini barangkali “target operasi” dakwah hari
ini. Bukan jadwal setelah ini. Begitu pikir saya.
Saya katakan pada sekuriti yang mulia ini, “Ok, ntar habis dari toilet ya”.

“Jadi, pegimana? Bosen jadi satpam? Emangnya ga gajian?”, tanya saya
membuka percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan
beliau ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada minimart nya
yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan.
“Gaji mah ada Ustadz. Tapi masa gini-gini aja?”
“Gini-gini aja itu, kalo ibadahnya gitu-gitu aja, ya emang udah begitu.
Distel kayak apa juga, agak susah buat ngerubahnya”.
“Wah, ustadz langsung nembak aja nih”.
Saya meminta maaf kepada sekuriti ini umpama ada perkataan saya yang
salah. Tapi umumnya begitu lah manusia. Rizki mah mau banyak, tapi sama
Allah ga mau mendekat. Rizki mah mau nambah, tapi ibadah dari dulu ya
begitu-begitu saja.
“Udah shalat ashar?”
“Barusan Pak Ustadz. Soalnya kita kan tugas. Tugas juga kan ibadah, iya
ga? Ya saya pikir sama saja”.
“Oh, jadi ga apa-apa telat ya? Karena situ pikir kerja situ adalah juga
ibadah?”
Sekuriti itu senyum aja.
Disebut jujur mengatakan itu, bisa ya bisa tidak. Artinya, sekuriti itu
bisa benar-benar menganggap kerjaannya ibadah, tapi bisa juga ga. Cuma
sebatas omongan doangan. Lagian, kalo nganggap kerjaan-kerjaan kita
ibadah, apa yang kita lakukan di dunia ini juga ibadah, kalau kita
niatkan sebagai ibadah. Tapi, itu ada syaratnya. Apa syaratnya? Yakni
kalau ibadah wajibnya, tetap nomor satu. Kalau ibadah wajibnya nomor
tujuh belas, ya disebut bohong dah tuh kerjaan adalah ibadah. Misalnya
lagi, kita niatkan usaha kita sebagai ibadah, boleh ga? Bagus malah.
Bukan hanya boleh. Tapi kemudian kita menerima tamu sementara Allah
datang. Artinya kita menerima tamu pas waktu shalat datang, dan kemudian
kita abaikan shalat, kita abaikan Allah, maka yang demikian masihkah
pantas disebut usaha kita adalah ibadah? Apalagi kalau kemudian hasil
kerjaan dan hasil usaha, buat Allah nya lebih sedikit ketimbang buat
kebutuhan-kebutuhan kita. Kayaknya perlu dipikirin lagi tuh
sebutan-sebutan ibadah.
“Disebut barusan itu maksudnya jam setengah limaan ya? Saya kan baru jam
5 nih masuk ke pom bensin ini”, saya mengejar.
“Ya, kurang lebih dah”.
Saya mengingat diri saya dulu yang dikoreksi oleh seorang faqih, seorang
‘alim, bahwa shalat itu kudu tepat waktu. Di awal waktu. Tiada disebut
perhatian sama Yang Memberi Rizki bila shalatnya tidak tepat waktu.
Aqimish shalaata lidzikrii, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Lalu,
kita bersantai-santai dalam mendirikan shalat. Entar-entaran. Itu kan
jadi sama saja dengan mengentar-entarkan mengingat Allah. Maka lalu saya
ingatkan sekuriti yang entahlah saya merasa he is the man yang Allah
sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya.
“Gini ya Kang. Kalo situ shalatnya jam setengah lima, memang untuk
mengejar ketertinggalan dunia saja, jauh tuh. Butuh perjalanan satu
setengah jam andai ashar ini kayak sekarang, jam tiga kurang dikit. Bila
dalam sehari semalam kita shalat telat terus, dan kemudian dikalikan
sejak akil baligh, sejak diwajibkan shalat, kita telat terus, maka
berapa jarak ketertinggalan kita tuh? 5x satu setengah jam, lalu dikali
sekian hari dalam sebulan, dan sekian bulan dalam setahun, dan dikali
lagi sekian tahun kita telat. Itu baru telat saja, belum kalo
ketinggalan atau kelupaan, atau yang lebih bahayanya lagi kalau
bener-benar lewat tuh shalat? Wuah, makin jauh saja mestinya kita dari
senang”.
Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, percakapan ini kurang lebih
begitu. Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya omongin. Dari
raut mukanya, nampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga
saudara-saudara ya? He he he. Belagu ya saya? Masa omongan cetek begini
kudu nanya paham apa engga sama lawan bicara?
Saya katakan pada dia. Jika dia alumni SMU, yang selama ini telat
shalatnya, maka kawan-kawan selitingnya mah udah di mana, dia masih
seperti diam di tempat. Bila seseorang membuka usaha, lalu ada lagi yang
buka usaha, sementara yang satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit
usahanya, bisa jadi sebab ibadah yang satu itu bagus sedang yang lain tidak.
Dan saya mengingatkan kepada peserta KuliahOnline untuk tidak
menggunakan mata telanjang untuk mengukur kenapa si Fulan tidak shalat,
dan cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan
yang satu yang rajin shalat dan banyak kebaikannya, lalu hidupnya susah.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini cukup kompleks. Tapi
bisa diurai satu satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa kehidupan
yang cair dan dekat dengan fakta. Insya Allah ada waktunya pembahasan
yang demikian.
Kembali kepada si sekuriti, saya tanya, “Terus, mau berubah?”
“Mau Pak Ustadz. Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalo ga
serius?”
“Ya udah, deketin Allah dah. Ngebut ke Allah nya”.
“Ngebut gimana?”
“Satu, benahin shalatnya. Jangan setengah lima-an lagi shalat asharnya.
Pantangan telat. Buru tuh rizki dengan kita yang datang menjemput Allah.
Jangan sampe keduluan Allah”.
Si sekuriti mengaku mengerti, bahwa maksudnya, sebelum azan udah standby
di atas sajadah. Kita ini pengen rizkinya Allah, tapi ga kenal sama Yang
Bagi-bagiin rizki. Contohnya ya pekerja-pekerja di tanah air ini. Kan
aneh. Dia pada kerja supaya dapat gaji. Dan gaji itu rizki. Tapi giliran
Allah memanggil, sedang Allah lah Tuhan yang sejatinya menjadikan
seseorang bekerja, malah kelakuannya seperti ga menghargai Allah. Nemuin
klien, rapih, wangi, dan persiapannya masya Allah. Eh, giliran ketemu
Allah, amit-amit pakaiannya, ga ada persiapan, dan tidak segan-segan
menunjukkan wajah dan fisik lelahnya. Ini namanya ga kenal sama Allah.
“Yang kedua,” saya teruskan. “Yang kedua, keluarin sedekahnya”.
Saya inget betul. Sekuriti itu tertawa. “Pak Ustadz, pegimana mau
sedekah, hari gini aja nih, udah pada habis belanjaan. Hutang di warung
juga terpaksa dibuka lagi,. Alias udah mulai ngambil dulu bayar belakangan”.
“Ah, ente nya aja kali yang kebanyakan beban. Emang gajinya berapa?”
“Satu koma tujuh, Pak ustadz”.
“Wuah, itu mah gede banget. Maaf ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang
sering sebut orang kecil, itu udah gede”.
“Yah, pan kudu bayar motor, bayar kontrakan, bayar susu anak, bayar ini
bayar itu. Emang ga cukup Pak ustadz”.
“Itu kerja bisa gede, emang udah lama kerjanya?”
“Kerjanya sih udah tujuh taon. Tapi gede gaji bukan karena udah lama
kerjanya. Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, ustadz”.
“Koq bisa?”
“Ya, sebab saya tinggal di mess. Jadi dihitung sama bos pegimana gitu
sampe ketemu angka 1,7jt”.
“Terus, kenapa masih kurang?”
“Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak”.
“Secara dunianya, lepas aja itu tanggungan. Kayak motor. Ngapain juga
ente kredit motor? Kan ga perlu?”
“Pengen kayak orang-orang Pak Ustadz”.
“Ya susah kalo begitu mah. Pengen kayak orang-orang, motornya. Bukan
ilmu dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot”.
Sekuriti ini nyengir. Emang ini motor kalo dilepas, dia punya 900 ribu.
Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu. Ga jelas tuh darimana dia
nutupin kebutuhan dia yang lain. Kontrakan saja sudah 450 ribu sama air
dan listrik. Kalo ngelihat keuangan model begini, ya nombok dah jadinya.
“Ya udah, udah keterlanjuran ya? Ok. Shalatnya gimana? Mau diubah?”
“Mau Ustadz. Saya benahin dah”.
“Bareng sama istri ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat sendal,
lakukan berdua. Makin cakep kalo anak-anak juga dikerahin. Ikutan
semuanya ngebenahin shalat”.
“Siap ustadz”.
“Tapi sedekahnya tetap kudu loh”.
“Yah Ustadz. Kan saya udah bilang, ga ada”.
“Sedekahin aja motornya. Kalo engga apa keq”.
“Jangan Ustadz. Saya sayang-sayang ini motor. Susah lagi belinya.
Tabungan juga ga ada. Emas juga ga punya”.
Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia. Tapi saya
akan cari terus. Sebab tanggung. Kalo dia hanya betulin shalatnya saja,
tapi sedekahnya tetap ga keluar, lama keajaiban itu akan muncul.
Setidaknya menurut ilmu yang saya dapat. Kecuali Allah berkehendak lain.
Ya lain soal itu mah.
Sebentar kemudian saya bilang sama ini sekuriti, “Kang, kalo saya
unjukin bahwa situ bisa sedekah, yang besar lagi sedekahnya, situ mau
percaya?”. Si sekuriti mengangguk. “Ok, kalo sudah saya tunjukkan, mau
ngejalanin?”. Sekuriti ini ngangguk lagi. “Selama saya bisa, saya akan
jalanin,” katanya, manteb.
“Gajian bulan depan masih ada ga?”
“Masih. Kan belum bisa diambil?”
“Bisa Dicoba dulu”.
“Entar bulan depan saya hidup pegimana?”
“Yakin ga sama Allah?”
“Yakin”.
“Ya kalo yakin, titik. Jangan koma. Jangan pake kalau”.
Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon. Untuk sedekah. Sedapetnya. Tapi
usahakan semua. Supaya bisa signifikan besaran sedekahnya. Sehingga
perubahannya berasa. Dia janji akan ngebenahin mati-matian shalatnya.
Trmasuk dia akan polin shalat taubatnya, shalat hajatnya, shalat dhuha
dan tahajjudnya. Dia juga janji akan rajinin di waktu senggang untuk
baca al Qur’an. Perasaan udah lama banget dia emang ga lari kepada
Allah. Shalat Jum’at aja nunggu komat, sebab dia sekuriti. Wah, susah
dah. Dan itu dia aminin. Itulah barangkali yang sudah membuat Allah
mengunci mati dirinya hanya menjadi sekuriti sekian tahun, padahal dia
Sarjana Akuntansi!
Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi. Pantesan juga dia ga betah dengan
posisinya sebagai sekuriti. Ga kena di hati. Ga sesuai sama rencana.
Tapi ya begitu dah hidup. Apa boleh buta, eh, apa boleh buat. Yang
penting kerja dan ada gajinya.
Bagi saya sendiri, ga mengapa punya banyak keinginan. Asal keinginan itu
keinginan yang diperbolehkan, masih dalam batas-batas wajar Dan ga
apa-apa juga memimpikan sesuatu yang belom kesampaian sama kita. Asal
apa? Asal kita barengin dengan peningkatan ibadah kita. Kayak sekarang
ini, biarin aja harga barang pada naik. Ga usah kuatir. Ancem aja diri,
agar mau menambah ibadah-ibadahnya. Jangan malah berleha-leha. Akhirnya
hidup kemakan dengan tingginya harga,. Ga kebagian.

Sekuriti ini kemudian maju ke atasannya, mau kasbon. Ketika ditanya buat
apa? Dia nyengir ga jawab. Tapi ketika ditanya berapa? Dia jawab, Pol.
Satu koma tujuh. Semuanya.
“Mana bisa?” kata komandannya.
“Ya Pak, saya kan ga pernah kasbon. Ga pernah berani. Baru ini saya berani”.
Komandannya terus mengejar, buat apa? Akhirnya mau ga mau sekuriti ini
jawab dengan menceritakan pertemuannya dengan saya.
Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk ketemu langsung sama
ownernya ini pom bensin. Katanya, kalau pake jalur formal, dapet
kasbonan 30% aja belum tentu lolos cepet. Alhamdulillah, bos besarnya
menyetujui. Sebab komandannya ini ikutan merayu, “Buat sedekah katanya
Pak”, begitu kata komandannya.
Subhaanallaah, satu pom bensin itu menyaksikan perubahan ini. Sebab
cerita si sekuriti ini sama komandannya, yang merupakan kisah
pertemuannya dengan saya, menjadi kisah yang dinanti the end story nya.
Termasuk dinanti oleh bos nya.
“Kita coba lihat, berubah ga tuh si sekuriti nasibnya”, begitu lah
pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa si sekuriti ini ingin berubah
bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah.
Hari demi hari, sekuriti ini dilihat sama kawan-kawannya rajin betul
shalatnya. Tepat waktu terus. Dan lumayan istiqamah ibadah-ibadah
sunnahnya. Bos nya yang mengetahui hal ini, senang. Sebab tempat
kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh
begini. Apalagi kenyataannya si sekuriti ga mengurangi kedisiplinan
kerjaannya. Malah tambah cerah muka nya.
Sekuriti ini mengaku dia cerah, sebab dia menunggu janjinya Allah. Dan
dia tahu janji Allah pastilah datang. Begitu katanya, menantang ledekan
kawan-kawannya yang pada mau ikutan rajin shalat dan sedekah, asal
dengan catatan dia berhasil dulu.
Saya ketawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa,
saya demen ama yang begini. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan
tinggal diam. Dan barangkali akan betul-betul mempercepat perubahan
nasib si sekuriti. Supaya benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah
bagi yang belum punya iman. Dan saya pun tersenyum dengan keadaan ini,
sebab Allah pasti tidak akan mempermalukannya juga, sebagaimana Allah
tidak akan mempermalukan si sekuriti.
Suatu hari bos nya pernah berkata, “Kita lihatin nih dia. Kalo dia ga
kasbon saja, berarti dia berhasil. Tapi kalo dia kasbon, maka
kelihatannya dia gagal. Sebab buat apa sedekah 1 bulan gaji di depan
yang diambil di muka, kalau kemudian kas bon. Percuma”.
Tapi subhaanallah, sampe akhir bulan berikutnya, si sekuriti ini ga kasbon.
Berhasil kah?
Tunggu dulu. Kawan-kawannya ini ga melihat motor besarnya lagi. Jadi,
tidak kasbonnya dia ini, sebab kata mereka barangkali aman sebab jual
motor. Bukan dari keajaiban mendekati Allah.
Saatnya ngumpul dengan si bos, ditanyalah si sekuriti ini sesuatu urusan
yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya.
“Bener nih, ga kasbon? Udah akhir bulan loh. Yang lain bakalan gajian.
Sedang situ kan udah diambil bulan kemaren”.
Sekuriti ini bilang tadinya sih dia udah siap-siap emang mau kasbon kalo
ampe pertengahan bulan ini ga ada tanda-tanda. Tapi kemudian cerita si
sekuriti ini benar-benar bikin bengong orang pada.
Sebab apa? Sebab kata si sekuriti, pasca dia benahin shalatnya, dan dia
sedekah besar yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya, yakni
hidupnya di bulan depan yang dia pertaruhkan, trjadi keajaiban. Di
kampung, ada transaksi tanah, yang melibatkan dirinya. Padahal dirinya
ga trlibat secara fisik. Sekedar memediasi saja lewat sms ke pembeli dan
penjual. Katanya, dari transaksi ini, Allah persis mengganti 10x lipat.
Bahkan lebih. Dia sedekah 1,7jt gajinya. Tapi Allah mengaruniainya
komisi penjualan tanah di kampungnya sebesar 17,5jt. Dan itu trjadi
begitu cepat. Sampe-sampe bulan kemaren juga belum selesai. Masih
tanggalan bulan kemaren, belum berganti bulan.
Kata si sekuriti, sadar kekuatannya ampe kayak gitu, akhirnya dia malu
sama Allah. Motornya yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual!
Uangnya melek-melek buat sedekah. Tuh motor dia pake buat ngeberangkatin
satu-satunya ibunya yang masih hidup. Subhaanallaah kan? Itu jual motor,
kurang. Sebab itu motor dijual cepat harganya ga nyampe 13 juta. Tapi
dia tambahin 12 juta dari 17jt uang cash yang dia punya. Sehingga ibunya
punya 25 juta. Tambahannya dari simpenan ibunya sendiri.
Si sekuriti masih bercerita, bahwa dia merasa aman dengan uang 5 juta
lebihan transaksi. Dan dia merasa ga perlu lagi motor. Dengan uang ini,
ia aman. Ga perlu kasbon.
Mendadak si bos itu yang kagum. Dia lalu kumpulin semua karyawannya, dan
menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan yang dilaluinya
selama 1 bulan setengah ini.
Apakah cukup sampe di situ perubahan yang trjadi pada diri si sekuriti?
Engga. Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut
sebagai sarjana S1 Akuntansi. Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner
yang lain, dan dijadikan staff keuangan di sana. Masya Allah, masya
Allah, masya Allah. Berubah, berubah, berubah.

Saudara-saudaraku sekalian. Cerita ini bukan sekedar cerita tentang
Keajaiban Sedekah dan Shalat saja. Tapi soal tauhid. soal keyakinan dan
iman seseorang kepada Allah, Tuhannya. Tauhid, keyakinan, dan imannya
ini bekerja menggerakkan dia hingga mampu berbuat sesuatu. Tauhid yang
menggerakkan! Begitu saya mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah.
Dan dia baru sedikit mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit
ini dipake sama dia, dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat
perubahan dirinya, buat perubahan hidupnya.
Subhaanallaah, masya Allah.

Dan lihat juga cerita ini, seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar
sebagai pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita ini? Kayaknya
kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak
suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan lebih dikenang
sebagai sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali lagi pada
rutinitas dunia. Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi
manusia-manusia pembelajar.

Pertanyaan ini juga layak juga diajukan kepada Peserta KuliahOnline yang
saat ini mengikuti esai ini? Apa yang ada di benak Saudara? Biasa
sajakah? Atau mau bertanya, siapa sekuriti ini yang dimaksud? Di mana
pom bensinnya? Bisa kah kita bertemu dengan orang aslinya? Berdoa saja.
Sebab kenyataannya juga buat saya tidak gampang menghadirkan testimoni
aslinya. Semua orang punya prinsip hidup yang berbeda. Di antara semua
peserta KuliahOnline saja ada yang insya Allah saya yakin mengalami
keajaiban-keajaiban dalam hidup ini. Sebagiannya memilih diam saja, dan
sebagiannya lagi memilih menceritakan ini kepada satu dua orang saja,
dan hanya orang-orang tertentu saja yang memilih untuk benar-benar
terbuka untuk dicontoh. Dan memang bukan apa-apa, ketika sudah
dipublish, memang tidak gampang buat seseorang menempatkan dirinya untuk
menjadi contoh.

Yang lebih penting buat kita sekarang ini, bagaimana kemudian kisah ini
mengisnpirasikan kita semua untuk kemudian sama-sama mencontoh saja
kisah ini. Kita ngebut sengebut2nya menuju Allah. Yang merasa dosanya
banyak, sudah, jangan terus-terusan meratapi dosanya. Kejar saja ampunan
Allah dengan memperbanyak taubat dan istighfar, lalu mengejarnya dengan
amal saleh. Persis seeperti yang kemaren-kemaren juga dijadikan
statement esai penutup.

Kepada Allah semua kebenaran dan niat dikembalikan. Salam saya buat
keluarga dan kawan-kawan di sekeliling saudara semua. Saya merapihkan
tulisan ini di halaman parkir rumah sakit Harapan Kita. Masih di dalam
mobil. Sambil menunggu dunia terang. Insya Allah hari ini bayi saya,
Muhammad Yusuf al Haafidz akan pulang ke rumah untuk yang pertama
kalinya. Terima kasih banyak atas doa-doanya dan perhatiannya.
Mudah-mudahan allah membalas amal baik saudara semua.

Dari semalam saya tulis esai ini. Tapi rampungnya sedikit sedikit. Ini
juga tadinya bukan esai sekuriti ini yang mau saya jadikan tulisan. Tapi
ya Allah jugalah yang menggerakkan tangan ini menulis.
Semalam, file yang dibuka adalah tentang langkah konkrit untuk berubah.
Lalu saya lampirkan kalimat pendahuluan. Siapa sangka, kalimat
pendahuluan ini saja sudah 10 halaman, hampipr 11 halaman. Saya pikir,
esai ini saja sudah kepanjangan. Jadi, ya sampe ketemu dah di esai
berikutnya. Saya berhutang banyak kepada saudara semua. Di antaranya,
saya jadi ikut belajar.
Semalam saya ikutan tarawih di pesantren Daarul Qur’an internasional.
Sebuah pesantren yang dikemas secara modern dan internasional. Tapi
tarawihnya dijejek 1 juz sekali tarawih. Masya Allah, semua yang
terlibat, terlihat menikmati. Ga makmumnya, ga imam-imamnya, ga para
tamu dan wali santri yang ikut. Semua menikmati. Jika ada di antara
peserta KuliahOnline yang pengen ikutan tarawih 1 juz ini, silahkan
datang saja langsung ya. Insya Allah saya usahakan ada. Sebab saya juga
kebagian menjadi salah satu imam jaganya. Ya, kondisi-kondisi begini
yang saya demen. Saya kurangin jadwal, tapi masih tetep bisa ngajar
lewat KuliahOnline ini. Dan saya masih sempet mengkader ustadz-ustadz
muda untuk diperjalankan ke seantero negeri. Sementara saya akhirnya
bisa mendampingi para santri dan guru-guru memimpin dan mengembangkan
pesantren Daarul Qur’an ini.

Ok, kelihatannya matahari sudah mulai kelihatan. Saya baru pulang juga
langsung dari TPI. Siaran langsung jam 5 ba’da shubuh tadi. Istri saya
meluncurnya dari rumah. Doakan keluarga kami ya. Saya juga tiada henti
mendoakan saudara dan jamaah semua.

Matematika Gaji dan Logika Sedekah22 Jun 07 17:14 WIBOleh A. MuttaqinDalam satu kesempatan tak terduga, saya bertemu pria ini. Orang-orangbiasa memanggilnya Mas Ajy. Saya tertarik dengan falsafah hidupnya, yangmenurut saya, sudah agak jarang di zaman ini, di Jakarta ini. Darisinilah perbincangan kami mengalir lancar.Kami bertemu dalam satu forum pelatihan profesi keguruan yang diprogramsebuah LSM bekerja sama dengan salah satu departemen di dalam negeri.Tapi, saya justru mendapat banyak pelajaran bernilai bukan daripelatihan itu.Melainkan dari pria ini.Saya menduga ia berasal dari kelas sosial terpandang dan mapan. Karenapenampilannya rapih, menarik dan wajah yang tampan. Namun tidak sepertiyang saya duga, Mas Ajy berasal dari keluarga yang pas-pasan. Jauh darimapan. Sungguh kontras kenyataan hidup yang dialaminya dengan sikaphidup yang dijalaninya. Sangat jelas saya lihat dan saya pahami daribeberapa kali perbincangan yang kami bangun.Satu kali kami bicara tentang penghasilan sebagai guru. Bertukarinformasi dan memperbandingkan nasib kami satu dengan yang lain, satusekolah dengan sekolah lainnya. Kami bercerita tentang dapur kamimasing-masing. Hampir tidak ada perbedaan mencolok. Kami sama-samabernasib "guru" yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa. Yang membedakansangat mencolok antara saya dan Mas Ajy adalah sikap hidupnya yang amatberbudi. Darinya saya tahu hakikat nilai di balik materi.Penghasilannya sebulan sebagai guru kontrak tidak logis untuk membiayaiseorang isteri dan dua orang putra-putrinya. Dia juga masih memilikitanggungan seorang adik yang harus dihantarkannya hingga selesai SMA.Sering pula Mas Ajy menggenapi belanja kedua ibu bapaknya yang tak lagiberpenghasilan. Menurutnya, hitungan matematika gajinya barulah bisamencukupi untuk hidup sederhana apabila gajinya dikalikan 3 kali darijumlah yang diterimanya."Tapi, hidup kita tidak seluruhnya matematika dan angka-angka. Adadimensi non matematis dan di luar angka-angka logis.""Maksud Mas Ajy gimana, aku nggak ngerti?""Ya, kalau kita hanya tertuju pada gaji, kita akan menjadi orang pelit.Individualis. Bahkan bisa jadi tamak, loba. Karena berapapun sebenarnyanilai gaji setiap orang, dia tidak akan pernah merasa cukup. Lalu diaakan berkata, bagaimana mau sedekah, untuk kita saja kurang.""Kenyataannya memang begitu kan Mas?", kata saya mengiayakan. "Manamungkin dengan gaji sebesar itu, kita bisa hidup tenang, bisa sedekah.Bisa berbagi." Saya mencoba menegaskan pernyataan awalnya."Ya, karena kita masih menggunakan pola pikir matematis. Cobalah keluardari medium itu. Oke, sakarang jawab pertanyaan saya. Kita punya uangsepuluh ribu. Makan bakso enam ribu. Es campur tiga ribu. Yang seribukita berikan pada pengemis, berapa sisa uang kita?""Tidak ada. Habis." jawab saya spontan."Tapi saya jawab masih ada. Kita masih memiliki sisa seribu rupiah. Danseribu rupiah itu abadi. Bahkan memancing rezeki yang tidak terduga."Saya mencoba mencerna lebih dalam penjelasannya. Saya agak tercenungpada jawaban pasti yang dilontarkannya. Bagaimana mungkin masih tersisauang seribu rupiah? Dari mana sisanya?"Mas, bagaimana bisa. Uang yang terakhir seribu rupiah itu, kan sudahdiberikan pada pengemis ", saya tak sabar untuk mendapat jawabannya."Ya memang habis, karena kita masih memakai logika matematis. Tapicobalah tinggalkan pola pikir itu dan beralihlah pada logika sedekah.Uang yang seribu itu dinikmati pengemis. Jangan salah, bisa jadi puluhanlontaran doa' keberkahan untuk kita keluar dari mulut pengemis itu ataspemberian kita. Itu baru satu pengemis. Bagaimana jika kitamemberikannya lebih. Itu dicatat malaikat dan didengar Allah. Itumenjadi sedekah kita pada Allah dan menjadi penolong di akhirat.Sesungguhnya yang seribu itulah milik kita. Yang abadi. Sementara nilaibakso dan es campur itu, ujung-ujungnya masuk WC."Subhanallah. Saya hanya terpaku mendapat jawaban yang dilontarkannya.Sebegitu dalam penghayatannya atas sedekah melalui contoh kecil yanghidup di tengah-tengah kita yang sering terlupakan. Sedekah memangberat. Sedekah menurutnya hanya sanggup dilakukan oleh orang yang telahmerasa cukup, bukan orang kaya. Orang yang berlimpah harta tapi tidakmau sedekah, hakikatnya sebagai orang miskin sebab ia merasa masihkurang serta sayang untuk memberi dan berbagi.Penekanan arti keberkahan sedekah diutarakannya lebih panjang melaluipola hubungan anak dan orang tua. Dalam obrolannya, Mas Ajy sepertiingin menggarisbawahi, bahwa berapapun nilai yang kita keluarkan untukmencukupi kebutuhan orang tua, belum bisa membayar lunas jasa-jasanya.Air susunya, dekapannya, buaiannya, kecupan sayangnya dan sejagat harubiru perasaanya.Tetapi di saat bersamaan, semakin banyak nilai yang dibayar untuk itu,Allah akan menggantinya berlipat-lipat."Terus, gimana caranya Mas, agar bisa menyeimbangkan nilai metematisdengan dimensi sedekah itu?"."Pertama, ingat, sedekah tidak akan membuat orang jadi miskin, tapisebaliknya menjadikan ia kaya. Kedua, jangan terikat dengan keterbatasangaji, tapi percayalah pada keluasan rizki. Ketiga, lihatlah ke bawah,jangan lihat ke atas. Dan yang terakhir, padukanlah nilai qona'ah, ridhadan syukur". Saya semakin tertegun Dalam hati kecil, saya meraba semuagaris hidup yang telah saya habiskan.Terlalu jauh jarak saya dengan Mas Ajy. Terlalu kerdil selama inipandangan saya tentang materi. Ada keterbungkaman yang lama saya rasakandi dada.Seolah-oleh semua penjelasan yang dilontarkannya menutup rapat egoismekecongkakan saya dan membukakan perlahan-lahan kesadaran batin yangtelah lama diabaikan. Ya Allah saya mendapatkan satu untai mutiaramelalui pertemuan ini. Saya ingin segera pulang dan mencari butir-butirmutiara lain yang masih berserak dan belum sempat saya kumpulkan.***Sepulang berjamaah saya membuka kembali Al-Qur'an. Telah beberapa waktusaya acuhkan. Ada getaran seolah menarik saya untuk meraih danmembukanya.Spontan saya buka sekenanya. Saya terperanjat, sedetik saya ingat MasAjy.Allah mengingatkan saya kembali:"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkanhartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yangmenumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allahmelipat gandakan(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Terjemah QS. Al-Baqarah [2] 261)